Bombardir besar-besaran asteroid yang terjadi 4 milyar tahun lalu bisa jadi tidak memiliki kemampuan untuk menghancurkan kehidupan awal yang baru terbentuk di Bumi, melainkan justru mempercepat pertumbuhan kehidupan itu.
Bukti tabrakan yang berasal dari sampel bulan, meteorit, dan kawah–kawah di permukaan planet dalam memberikan gambaran lingkungan yang mengalami kekerasan selama masa Hadean Eon, periode geologi yang terjadi 4,5 – 3,8 milyar tahun lalu. Umumnya hal tersebut terjadi melalui perubahan besar-besaran yang terjadi dalam masa Late Heavy Bombardment sekitar 3,9 milyar tahun lalu. Walau banyak yang meyakini kalau bombardir besar-besaran tersebut mensterilkan Bumi, studi terbaru dari para peneliti University of Colorado at Boulder justru menunjukan kalau kejadian tersebut hanya melelehkan beberapa fraksi kerak Bumi dan mikroba yang ada justru selamat dari bencana global tersebut.
Hasil ini memberi nuansa baru dalam penelitian waktu terbentuknya
kehidupan. Kalau selama ini diyakini kehidupan dimulai setelah masa
tabrakan besar, studi yang baru justru membawa manusia pada pemikiran
kalau kehidupan bisa jadi telah dimulai jauh sebelum masa kehancuran
besar itu, atau sebelum periode 3,9 milyar tahun lalu. Disini muncul
kemungkinan baru kalau kehidupan telah mulai muncul mungkin pada kisaran
4,4 milyar tahun lalu saat lautan pertama terbentuk.
Sayangnya, bukti yang ada di Bumi saat masa awal kehancuran telah
terhapus jejaknya oleh cuaca dan plat tektonik yang berubah dari masa ke
masa. Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data dari
batuan bulan yang dibawa Apollo, catatan tabrakan dari Bulan, Mars dan
Merkurius serta studi teoritis yang sudah ada sebelumnya dan digunakan
untuk membangun model komputasi 3 dimensi untuk membuat replika masa
penghancuran tersebut.
Dalam model tersebut Abramov dan Mojzsis memasukan benda berukuran
asteroid, dengan distribusi dan frekuensi yang diperhitungkan dapat
menghancurkan Bumi sesuai dengan data kerusakan di Bumi sepanjang Late Heavy Bombardment
yang terjadi selama 20 juta- 200 juta tahun. Model 3-D tersebut
memonitor temperatur dibawah masing-masing kawah untuk memperkirakan
pemanasan dan pendinginan kerak akibat tabrakan besar. Tujuannya untuk
mengevaluasi kemungkinan kehidupa disana. Hasilnya, kurang dari 25%
kerak Bumi akan mengalami peleleja akibat tabrakan tersebut.
Tak hanya itu, peneliti CU-Boulders juga menaikkan intensitas
tembakan asteroid dalam simulasi tersebut sampai 10 fold, yang mampu
meguapkan lautan di Bumi. Hasilnya? bahkan dalam kondisi paling ekstrim
sekalipun, Bumi tidak sepenuhnya disterilkan oleh tabrakan besar itu.
Yang terjadi justru, lubang hidrotermal memberikan perlindungan bagi
mikroba yang ekstim dan menyukai kondisi panas seperti bakteri
hipertermophilic. Bahkan seandainya memang kehidupan tidak dimulai 3,9
milyar tahun lalu, kondisi tersebut masih tetap memberi tempat bagi awal
mula munculnya kehidupan di Bumi.
Para peneliti menyimpulkan mikroba subterranian yang hidup pada
rentang temperatur 175 – 230 derajat Fahrenheit akan berkembang
sepanjang masa tabrakan besar terjadi. Hasil pemodelan menunjukan
indikasi habitat bawah tanah untuk mikroba tersebut yang justu meningkat
dakam hal volum dan durasi sebagai akibat dari tabrakan masif itu.
Bahkan sebagian mikroba ekstrim yang ada di Bumi saat ini seperti “unboilable bugs”
(serangga yang tidak dapat mendidih) justru ditemukan pada lubang
hidrotermal di Yellowstone National Park – tumuh subur pada suhu 250F.
Bukti geologi menyatakan kehidupan di Bumi sudah ada sejak 3,83
milyar tahun lalu. Karena itu menurut Mojzsis sangat tidak beralasan
mengajukan kemungkinan kalau kehidupan di Bumi sudah ada sejak 3,9
milyar tahun lalu. Bahkan telah diketahui juga dari catatan geokimia
kalau Bumi sudah merupakan area habitasi (bisa ada kehidupan) pada saat
itu. Studi yang baru justru memberi warna baru yang bisa menyelesaikan
masalah besar pada asal mula kehidupan dengan meniadakan kondisi asal
mula yang beragam dari kehidupan di Bumi.
Para peneliti keplanetan meyakini ada benda sebesar planet Mars
menghantam Bumi dengan hebat 4,5 milyar tahun lalu. Tabrakan tersebut
diyakini menguapkan si benda sebesar Mars itu dan sebagian Bumi.
Tabrakan yang terjadi diyakini membentuk awan uap air besar dimana
moonlet dan kemudian Bulan mengalami koalisi (penggabungan). Kejadian
yang diyakini mengawali tabrakan besar selama 500 juta tahun dan membuat
Bumi mengaktifkan tombol pengulangannya.
Hasil studi yang baru justru menunjukan tidak ada kejadian sejak
pembentukan Bulan yang mampu menghancurkan kerak Bumi dan menyapu bersih
biosfer yang sudah ada. Tabrakan besar tersebut menurut Mojzsis
bukannya memotong pohon kehidupan namun hanya memangkasnya saja. Selain
itu hasil penelitian ini juga mendukung potensi kehidupan mikroba di
planet lain seperti Mars dan planet batuan, ataupun planet serupa Bumi
yang ada di sistem keplanetan lain yang mengalami perbaruan permukaan
akibat tabrakan.
sumber : http://langitselatan.com
sumber : http://langitselatan.com